Pendis - "Sampai saat ini sudah sekitar 300
ribu guru madrasah di tanah air yang telah menempuh proses sertifikasi,"
ungkap Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat PhD. Sampai saat ini
Kementerian Agama terus memproses sertifikasi guru madrasah baik guru
negeri maupun swasta.
"Jumlah guru madrasah saat ini ada sekitar 650 ribu,
memang belum sampai 50 persen yang sudah sertifikasi," kata Bahrul Hayat
usai mengisi materi pada workshop peningkatan wawasan penelitian
pendidikan agama dan keagamaan, Rabu (29/8) menjelang tengah malam.
Kegiatan yang diselenggarakan Pusat Litbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan Kemenag di Hotel Lor In Sentul, Bogor berlangsung 28-30
Agustus.
"Peningkatan kualitas pendidikan di tanah air tidak
terlepas dari perbaikan kualitas guru," ungkap Sekjen, untuk itu
diperlukan sertifikasi guru yang tentunya akan meningkatkan kualitas
guru. "Proses sertifikasi guru madrasah di lingkungan Kementerian Agama
ditargetkan rampung pata tahun 2014," lanjut Sekjen.
Dalam kesempatan itu, Sekjen juga memaparkan tentang buku yang bertajuk Benchmark Internasional Mutu Pendidikan yang ditulisnya bersama Dr Suhendra Yusuf, MA yang mengupas soal kebijakan pendidikan yang dinilai telah bergeser dari input-oriented ke outcome-based.
Menurut alumnus S-2 Universitas Pittsburgh (1989) dan
S-3 Universitas Chicago, Amerika Serikat (1992) ini perbaikan dan
peningkatan mutu masukan dan proses pendidikan harus merupakan upaya
penjabaran untuk mencapai expected outcome tadi. Oleh karena itu, standarisasi expected outcome dalam bentuk kompetensi menjadi titik awal untuk standarisasi masukan dan proses pendidikan.
Selain itu, pada era globalisasi, telah terjadi mutual recognition
antar negara tentang kualifikasi lulusan ini, sehingga meniscayakan
adanya proses nasionalisasi dan transnasionalisasi kompetensi lulusan
lembaga pendidikan. Kompetensi lulusan itu bergeser dari local specific ke global universal sebagai survival kit untuk dapat bertahan pada era mendatang.
Pola pikir ini telah sejak lama menjadi bagian dari diskusi-diskusi pakar pendidikan di Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan International Association for the Evaluation of Education Achievement (IEA), yang kemudian menghasilkan upaya benchmarking internasional mutu pendidikan.
Buku tersebut membahas studi internasional yang diadakan oleh OECD dan IEA, yaitu Program for International Student Assessment (PISA), Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), dan The Third International Mathematics and Science Study
(TIMSS). Hasil studi itu telah mengingatkan bahwa sistem pendidikan di
negeri ini perlu penataan baru agar senantiasa berperan merintis dan
memantapkan kemajuan kehidupan mendatang dalam peradaban yang tinggi,
indah, dan bermartabat.
"Potensi manusia dapat dikembangkan secara
proporsional jika, pendidikan, literasi bahasa, matematika dan sains
dilakukan secara terintegrasi," kata Sekjen Bahrul Hayat.
(ra/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar